Memahami Sebab dan Akibat Penyakit Step pada Anak

Image: doktersehat.com

Penyakit step adalah kejang saat demam yang sering kali terjadi pada anak. Jika sinyal dari otak mengalami gangguan atau terjadi keabnormalan, otot-otot tubuh akan berkontraksi dan bergerak tanpa terkendali. Itulah yang terjadi saat tubuh mengalami kejang.
Pada umumnya, step pada anak adalah perubahan aktivitas elektrik pada otak. Hal ini dapat dilihat dari gejala step yang timbul, akan tetapi tidak semua kasus kejang pada anak melihatkan ciri-ciri tertentu. Oleh karena itu sangat penting bagi orang tua untuk mengetahui penyebab step.

Penyebab Step pada Anak

Selama ini, penyakit step timbul karena penurunan daya tahan tubuh si anak dan juga serangan dari bakteri atau virus yang dapat menimbulkan penyakit. Biasanya ketika sistem kekebalan tubuh anak sedang mengadakan perlawanan terhadap penyakit, temperatur tubuh anak akan naik dengan tiba-tiba pada kisaran 38-39 Celcius. Pada saat-saat seperti inilah akan sangat rawan terjadi sakit step dikarenakan lonjakan suhu badan yang tidak bisa dikontrol oleh tubuh anak.
Masalah utamanya adalah sebagian orang tua tidak akan tahu apakah sang anak berpotensi untuk mengalami penyakit step atau tidak karena toleransi tiap anak terhadap demam memang cukup bervariasi.
Ada anak yang memiliki toleransi rendah dan biasanya penyakit step akan terjadi pada kisaran suhu 38 Celsius. Sedangkan pada anak yang memiliki toleransi normal, mereka berpotensi terkena penyakit step ketika suhu tubuh mencapai 39 Celcius.
Ada pula beberapa jenis penyakit yang juga dapat menyebabkan sakit step pada anak. Penyakit-penyakit seperti cacar, campak, diare, flu, radang tenggorokan, tifus, flu Singapore, serta penyakit-penyakit yang disebabkan oleh cuaca yang tidak menentu merupakan beberapa jenis penyakit yang dapat menyebabkan kejang atau step pada buah hati Anda.
Step pada anak dapat dihindari dengan mengajarkan anak pola hidup sehat dan menghindari lingkungan yang dapat menjangkit virus menyerang. Penyakit step adalah sebuah penyakit yang tidak terduga kapan serangannya.

Gejala Step pada Anak

Gejala step adalah kejang berlebihan dan kehilangan kontrol, namun ada pula penyakit step pada anak ringan yang sebetulnya merupakan tanda gangguan kesehatan lain sehingga sangat penting untuk mengenalinya.
Umumnya, jika anak mengalami sakit step hal yang akan terjadi adalah kejang seluruh tubuh dan kehilangan kesadaran. Tidak jarang, seorang anak mengalami kejang hanya di satu area tertentu pada tubuh.
Gejala step pada anak ditandai dengan:
  • Demam tinggi melampaui 38 derajat Celcius.
  • Kehilangan kesadaran.
  • Tangan dan kaki kejang.
Sementara itu, sakit step dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu:
  • Penyakit step ringan: gejala step adalah berupa kejang selama beberapa detik hingga 15 menit. Tidak terjadi berulang dalam kurun waktu 24 jam dan tidak kejang pada area spesifik di bagian tubuh tertentu.
  • Sakit step kompleks: pada kasus ini kejang berlangsung lebih dari 15 menit dan terjadi lebih dari satu kali dalam waktu 24 jam. Demam tinggi merupakan salah satu pertanda awal step pada anak.
Sebagian besar kasus penyakit step tidak memiliki dampak jangka panjang. Sakit step atau kejang demam sederhana tidak akan menyebabkan kesulitan belajar, gangguan mental ataupun kerusakan otak . Selain itu, penyakit step juga tidak menjadi indikasi penyakit epilepsi pada anak, yaitu kecenderungan kejang berulang akibat sinyal elektrik abnormal dalam otak.

Faktor-Faktor yang Bisa Memicu Penyakit Step

Tidak semua kejang yang disertai demam adalah penyakit step. Apabila kejang terjadi di luar rentang usia 6 bulan sampai 5 tahun, atau setelah anak tetap tidak sadar, maka dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk menentukan penyebab lain kejang seperti epilepsi, meningitis, atau ensefalitis.
Meski begitu, penyebab utama penyakit step adalah adanya gangguan pada aktivitas sinyal listrik dalam otak. Pemicu di balik keabnormalan tersebut meliputi:
  • Pola hidup yang buruk, contohnya terlalu banyak mengonsumsi minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang. Gejala putus obat atau alkohol dapat memicu kejang.
  • Pengaruh kondisi kesehatan tertentu, seperti epilepsi, gula darah yang rendah, meningitis, eklamsia, atau stroke.
  • Efek samping obat-obatan, penggunaan tramadol atau baclofen.
  • Cedera kepala.
  • Racun akibat gigitan hewan.
Meski demikian, ada juga step pada anak yang terjadi tanpa akibat yang jelas. Kondisi ini disebut kejang idiopatik dan dapat terjadi pada semua umur. Tetapi umumnya dialami oleh anak-anak dan remaja.

Tips Khusus Mengatasi Penyakit Step

Ketika suhu badan anak sudah tinggi, orang tua harus sesegera mungkin memberikan obat penurun panas seperti paracetamol atau ibuprofen, agar anak lebih nyaman dengan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi–namun tidak mencegah timbulnya penyakit step atau kejang demam itu sendiri.
Hindari pemberian aspirin karena dapat berisiko memicu terjadinya sindrom Reye pada sebagian anak dan dapat berujung kematian. Obat diazepam, lorazepam, dan clonazepam dapat diresepkan oleh dokter jika anak mengalami kejang demam kompleks atau kejang berulang.
Selain itu, jangan lupa kompres bagian tubuh yang memiliki banyak lipatan-lipatan kulit seperti dahi, leher, lipatan paha, dan ketiak dengan air suam-suam kuku dan bukan air dingin. Selain itu untuk berjaga-jaga orang tua bisa menyiapkan benda yang bisa dijadikan ganjal gigi jika penyakit step memang terjadi, misalnya saja sendok yang bisa dibalut dengan sapu tangan.
Kemudian miringkan posisi anak agar tidak menelan muntahannya sendiri karena dapat menyumbat saluran pernapasan jika tidak segera dikeluarkan. Segera periksakan ke dokter jika panas tidak kunjung turun.
Perlu diketahui,  ingga saat ini belum ada laporan kematian anak yang disebabkan oleh penyakit step. Kecacatan sebagai komplikasi kejang demam juga tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan kecerdasan umumnya tetap normal pada anak yang memang terlahir normal, meski pernah mengalami penyakit step. Sakit step biasanya menghilang dengan sendirinya saat anak berusia 5 tahun. (dokter sehat.com)

Editor: Yuli
Link Sumber: 

Postingan Populer